Selasa, 05 Januari 2010

Kebiasaan yang Membuat Cepat Tua

VIVAnews - Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa merokok dan minuman beralkohol berefek negatif bagi kesehatan.

Namun tidak banyak orang mengetahui apa saja hal-hal yang tampaknya sepele namun berdampak besar terhadap kesehatan. Berikut ini beberapa jenis kebiasaan yang membuat tubuh tampak lebih tua tanpa kita sadari.

1. Melihat dengan menyipitkan mata
Seringkali kita mengamati sesuatu yang menarik dengan berjinjit dan menyipitkan mata. Sebenarnya, kebiasaan ini menjadikan kerutan di sekitar mata semakin jelas.

Untuk meningkatkan elatisitas kulit sekitar mata, gunakan krim kolagen, lalu urut daerah sekitar mata dengan arah kanan-kiri dan atas-bawah. Lakukan beberapa kali sehari. Pastikan juga Anda memakai kacamata hitam saat berada di luar ruangan atau pakailah kacamata jika memiliki gangguan penglihatan.

2. Memakai bodi scrub
Secara rutin kita memang harus membuang sel-sel kulit mati agar kulit terlihat lebih bercahaya. Tetapi jangan menggosok tubuh terlalu keras atau terlalu sering. Luluran dengan scrub lebih dari sekali dalam seminggu, bisa menyebabkan kerusakan lapisan kulit dan melemahkan fungsi alami kulit sebagai pelindung. Terlalu keras dan terlalu sering melulur tubuh, juga bisa menimbulkan luka dan infeksi jaringan kulit. Pada akhirnya, kulit akan rentan terhadap proses penuaan.

Bagi pemilik kulit sensitif atau alergi, hindari lulur berbahan buah dan gel. Setelah melulur tubuh, jangan lupa gunakan pelembab. Produk yang mengandung minyak zaitun dan lidah buaya sangat dianjurkan bagi kulit kering. Bagi kulit berminyak, gunakan produk bebas minyak, atau produk dengan kandungan asam hyaluronic yang cocok untuk kulit berminyak.

3. Minum menggunakan sedotan
Walaupun terlihat seksi, minum menggunakan sedotan tidak baik bagi kesehatan kulit. Gesekan antara kulit bibir dengan sedotan menimbulkan kerutan di sekitar mulut yang sangat sukar dihilangkan saat facial atau pengencangan.

4. Merokok
Menyelipkan rokok di sela-sela bibir bisa menimbulkan kerutan pada bibir. Para perokok biasanya akan terlihat lebih tua daripada orang yang tidak merokok, bukan hanya karena penuaan kulit, tetapi akibat kerutan sehingga menimbulkan efek menua.

5. Postur tubuh
Selain menjaga kesehatan kulit, penampilan kita juga sangat dipengaruhi postur tubuh. Punggung yang bungkuk, bahu yang jatuh dan dada yang turun akan membuat gadis 20 tahun terlihat sangat tidak menarik.

6. Kebiasaan mengunyah
Kebiasaan mengunyah permen karet atau makanan ringan bukan hanya berbahaya pada luka lambung, tetapi juga menyebabkan kerutan dan penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah akan meningkat dan adanya penonjolan pembuluh darah.

Apabila ingin mengunyah permen karet, lebih baik mencoba meditasi berikut. Coba rileks dan duduk nyaman, lalu letakkan tangan di lutut dengan telapak terbuka. Tarik napas panjang lewat hidung lalu keluarkan melalui mulut, lakukan berulang-ulang.

Mudah2 an Gak Repost..
Sumber : www.vivanews.com

Minggu, 03 Januari 2010

Dampak Negatif Televisi Terhadap Perkembangan dan Motivasi Belajar Anak pada Tahap Praoperasi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, penggunaan teknologi multimedia sebagai salah satu tuntutan arus globalisasi berkembang sangat pesat. Jenis-jenis teknologi multimedia inipun bermacam-macam dengan variasi fungsi atau asas manfaatnya. Sebagai contoh adalah televisi yang kini menjadi konsumsi umum di setiap rumah tangga, karena sebagian besar masyarakat Indonesia pasti memiliki teknologi ini. Disamping kegunaan televisi sebagai media pemberi informasi, berita, atau yang bersifat edukasi, televisi juga mempunyai manfaat untuk hiburan.
Bagi anak-anak pada tahap praoperasi (umur 2-7 tahun) televisi lebih cenderung berperan sebagai media hiburan. Selain itu acara-acara dalam televisi dengan pengawasan serta penyeleksian acara yang pantas ditonton oleh anak-anak, dapat menambah minat dan wawasan pada anak. Disamping itu, juga dapat menambah pengetahuan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta perkembangan peristiwa yang ada di dunia. Film yang ditayangkan dalam televisi juga ada yang bersifat mendidik, sehingga selain menjadi hiburan, anak juga dapat belajar sikap-sikap yang baik, nilai kemanusiaan, nilai sosial atau keagamaan dan lain sebagainya yang terkandung dalam film tersebut. Walaupun pada kenyataannya acara tersebut masih minin ditayangkan pada stasiun TV nasional, namun dalam hal ini bukan hal itu yang menjadi permasalahan utama. Permasalahannya adalah berapa lama anak menonton TV dan apa pengaruhnya bagi mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Amerika Serikat terungkap bahwa televisi ternyata cuma bagus untuk ditonton pada anak-anak dengan rentang usia tertentu. Pada anak di bawah usia tiga tahun (batita), dampak negatif televisi justru lebih terasa. Terbukti tayangan televisi dapat menurunkan kemampuan membaca, membaca komprehensif, bahkan penurunan memori pada anak. Anak yang terlalu sering menonton televisi akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang baik bagi proses tumbuh kembangnya. Sebab, televisi cuma menyodorkan stimulasi satu arah.
Sebaliknya, dampak positif menonton televisi baru terlihat jelas pada anak usia tiga sampai lima tahun. Sebab, pada usia ini kemampuan membaca mereka bisa menjadi lebih baik dengan pola menonton seperti itu. Walaupun demikian masih perlu dicermati kembali dampak-dampak yang bersifat krusial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam hal motivasi belajar. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai “ Dampak Negatif Televisi Terhadap Perkembangan dan Motivasi Belajar Anak pada Tahap Praoperasi”.

1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa masalah yang perlu dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah dampak negatif televisi terhadap perkembangan dan motivasi belajar anak pada tahap praoperasi?
2. Bagaimanakah langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dampak negatif televisi terhadap perkembangan dan motivasi belajar anak pada tahap praoperasi?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan perumusan masalah yang menjadi titik pokok pembahasan, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui dampak negatif televisi terhadap perkembangan dan motivasi belajar anak pada tahap praoperasi.
2. Dapat mengetahui langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengurangi dampak negative televisi terhadap perkembangan dan motivasi belajar anak pada tahap praoperasi.

1.4 Manfaat Penulisan
Disamping tujuan yang ingin dicapai, penulisan makalah yang berjudul “Pengaruh Negatif Televisi Terhadap Perkembangan dan Motivasi Belajar Anak pada Tahap Praoperasi” ini juga menitikberatkan pada asas manfaat bagi penulis, masyarakat, terutama pada orang tua sebagai penanggung jawab utama sang anak pada tahap praoperasi ini yaitu dapat menambah wawasan atau pengetahuan mengenai dampak negatif televisi terhadap anak, serta mengetahui cara penanggulangannya, sehingga dapat dipakai menjadi pedoman tambahan bagi orang tua dalam hal memantau dan mendidik anaknya sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat menuju kearah yang positif.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tahap Praoperasi (Umur 2-7 Tahun)
Tahap pemikiran praoperasi dicirikan dengan adanya fungsi semiotic, yaitu penggunaan symbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang pada saat itu tidak berada bersama subjek. Secara jelas, cara berpikir simbolik ini diungkapkan dengan penggunaan bahasa pada masa anak mulai berumur 2 tahun. Tahap ini juga dicirikan dengan pemikiran intuitif pada anak. Dengan adanya penggunaan simbol tersebut, seorang anak dapat mengungkapkan dan membicarakan suatu hal yang sudah terjadi. Ia juga dapat membicarakan macam-macam benda dalam waktu yang bersamaan. Dengan penggunaan bahasa, seorang anak dapat mengungkapkan suatu hal yang tidak sedang dilihat. Ia juga dapat dapat membicarakan suatu hal tanpa terikat ruang dan waktu dimana hal itu terjadi. Dengan perkembangan ini, jelas bahwa inteligensi anak makin berkembang.

2.2 Motivasi Belajar
Teori Kebutuhan Maslow, termasuk konsep aktualisasi diri yang ia definisikan sebagai keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau “keinginan untuk menjadi apapun yang seseorang mampu untuk mencapainya.”. Aktualisasi diri ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat dan demokratis, kreativitas, humoris, dan mandiri—pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang bagus atau sehat secara psikologis. Maslow menempatkan perjuangan untuk aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan paling penting ini bergantung pada pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya. Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini di akui oleh Maslow, yang memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa yang mencapai aktualisasi diri.
Karena manusia memiliki banyak kebutuhan, pada waktu tertentu kebutuhan manakah yang mereka coba untuk dipenuhi. Maslow mengemukakan hierarki atau tingkatan kebutuhan yang terdiri atas dua bagian utama yaitu: (1) kebutuhan dasar, berada pada hierarki paling bawah, berturut-turut terdiri dari (a) kebutuhan fisiologis; (b) kebutuhan akan rasa aman; ( lebih banyak dapat menjadi besar.c) kebutuhan untuk dicintai; (d) kebutuhan untuk dihargai ; dan (2) kebutuhan tumbuh, yang berada di atas kebutuhan dasar, berturut-turut dari bawah terdiri dari: (a) kebutuhan untuk mengetahui dan memahami; (b) kebutuhan keindahan; (c) kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut teori kebutuhan Maslow, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi sebagian sebelum seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai misal seorang yang lapar atau seorang yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan ntuk mempertahankan konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik) dibandingkan untuk mendapatkan makanan atau keamanan; namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.
Satu konsep penting yang diperkenalkan Maslow adalah perbedaan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan) adalah kebutuhan yang penting untuk kebutuhan fisik dan psikologis; kebutuhan ini harus dipenuhi. Sekali kebutuhan ini dipenuhi, motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhan ini surut. Sebaliknya kebutuhan tumbuh, sebagai misal kebutuhan untuk mengetahui dan memahami sesuatu, menghargai keindahan, atau menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi (penghargaan) dari orang lain, tidak pernah dapat dipenuhi seluruhnya. Dalam kenyataannya, semakin orang dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk mengetahui dan memahami dunia di sekeliling mereka, motivasi belajar mereka dapat menjadi semakin besar dan kuat.

2.3 Televisi
Pengertian televisi itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh ( tele ) dan tampak ( vision ). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi itu sendiri dapat disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini dapat merubah peradaban dunia. televisi selalu indentik dengan kata siaran televisi, dimana menurut Surat Keputusan Menteri Penerangan Republik Indonesia Nomor : 54 / B KEP / MENPEN / 1971 tentang penyelenggaraan Siaran Televisi di Indonesia siaran televisi berarti siaran-siaran dalam bentuk gambar dan suara yang dapat ditangkap ( dilihat dan didengarkan ) oleh umum baik dengan system pamancaran dalam gelombang-gelombang elektro-magnetik maupun lewat kabel-kabel. Jenis televisi itu sendiri ada yang yang berupa televisi analog dan televisi digital, ada juga yang disebut dengan televise kabel dan televise satelit. Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase / frekuensi dari signal. Seluruh system sebelum televisi digital dapat dimasukkan ke analog. Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National Television System(s)) Committee, badan industri pembuat standar yang menciptakannya. Sistem ini sebagian besar diteraapkan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia. Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by line atau untuk phase alternation line). Dalam bahasa Indonesia: garis alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada 1967.
Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena. Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telephon juga dapat disampaikan lewat kabel. Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang mirip seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi lokal dan televisi kabel. Di banyak tempat di bumi ini, layanan televisi satelit menambah sinyal lokal yang kuno, menghasilkan jangkauan saluran dan layanan yang lebih luas, termasuk untuk layanan berbayar.






BAB III
METODE PENULISAN

Metode Studi Pustaka
Dalam penulisan makalah yang berjudul “Pengaruh Negatif Televisi Terhadap Perkembangan dan Motivasi Belajar Anak pada Tahap Praoperasional” ini, ini penulis memanfaatkan buku panduan Perkembangan Peserta Didik sebagai salah satu sumber. Sumber lainnya adalah melalui browsing internet. Melalui browsing ini penulis memperoleh banyak data dan informasi yang berhubungan dengan makalah ini.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Dampak Negatif Televisi Terhadap Perkembangan dan Motivasi Belajar Anak pada Tahap Praoperasi
Televisi adalah sebuah teknologi atau alat komunikasi yang dapat merubah kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat. Dalam hal ini, teknologi televisi bukan sekedar sebagai proses transmisi gambar-gambar secara teknis, namun juga sebagai medium komunikasi massa yang berfungsi social. Televisi sebagai lembaga yang menyiarkan acara-acara siaran sebagai dua hal yang tak terpisahkan, yaitu televisi sebagai lembaga, sebagai medium dan siaran televisi sebagai proses komunikasi.
Suguhan acara yang variatif dan menarik membuat orang cenderung terus meluangkan waktunya duduk di depan televisi. Namun dibalik itu semua dengan dan tanpa disadari televisi telah memberikan banyak pengaruh negatif dalam kehidupan manusia baik pada orang dewasa dan terutama pada anak-anak. Banyak sisi positif yang dihasilkan dari hadirnya teknologi televisi sekarang ini, namun sisi negatifnya tidak sedikit juga.
Televisi memancarkan sinar biru yang juga dihasilkan oleh matahari. Namun sinar biru ini berbeda dengan sinar ultra violet. Sinar biru tak membuat mata mengedip secara otomatis. Namun parahnya, sinar biru langsung masuk ke retina tanpa filter. Panjang gelombang cahaya yang dihasilkan adalah 400-500nm sehingga berpotensi memicu terbentuknya radikal bebas dan melukai fotokimia pada retina mata anak. Sepuluh tahun kemudian saat anak sudah dewasa, kerusakan yang ditimbulkan oleh sinar biru terlihat amat jelas. Retina mata tak lagi bening sehat seperti masa kanak-kanak sehingga kemampuan berfungsinya pun menjadi juga berkurang.
Disamping itu, televise juga berpengaruh terhadap perkembangan otak anak usia 0 - 3 tahun yaitu dapat menimbulkan gangguan perkembangn bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dlm mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5 - 10 thn, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
Selain itu, televisi dapat mendorong anak menjadi konsumtif dimana anak-anak merupakan target pengiklan utama sehingga mendorong mereka menjadi komsumtif. Anak menjadi pasif dan tidak kreatif karena mereka kurang beraktivitas dan hanya duduk di depan TV. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir dan kreativitas anak tidak terasah. Dampak lain bagi perkembangan fisik anak adalah anak cenderung kegemukan karena yang pada umumnya terjadi adalah mereka biasanya menonton TV sambil makan cemilan terus menerus tanpa terasa. Menjadi efek " candu " adalah dampak terburuk dari televise dimana kecanduan menonton TV, bisa melupakan segalanya. Anak sampai tidak mau bermain di luar dengan lingkungan sekitarnya serta bersosialisasi dengan teman sebayanya sehingga dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosionalnya. Dan akibat yang utama adalah dapat mengurangi semangat belajar. Jika anak sudah kecanduan menonton televisi maka akan menyebabkan berkurangnya waktu belajar dan cenderung malas belajar sehingga akan memberi efek pada prestasinya di sekolah. Menonton televisi dengan waktu yang tidak efektif menyebabkan terbentuknya pola pikir sederhana pada anak. Terlalu sering nonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana dan lamban.

4.2 Langkah-Langkah yang Dapat Ditempuh Untuk Mengurangi Dampak Negative Televisi Terhadap Perkembangan dan Motivasi Belajar Anak pada Tahap Praoperasi
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Beri batasan waktu untuk menonton televisi. Kapan ia boleh dan kapan waktunya ia harus berhenti menonton televisi. Untuk anak prasekolah, kondisi tersebut mungkin agak sulit karena pada usia tersebut anak sudah mulai bisa membantah. Cobalah membuat kesepakatan bersama mengenai batasan-batasannya. Misalnya jenis tayangan yang ia inginkan dan lamanya waktu menonton. Untuk batita, tetapkan batasan waktunya, yaitu cukup satu jam sehari. Sedangkan untuk usia prasekolah boleh menonton televisi kurang dari dua jam sehari.
2. Manfaatkan waktu yang sedikit tersebut sekaligus sebagai sarana belajar anak. Duduklah bersama anak dan diskusikan isi tayangan pilihannya.
3. Siapkan kegiatan alternatif pengganti agar anak tidak lagi merengek dan kembali menonton televisi.
4. Tanamkan nilai-nilai keluarga secara berulang agar anak mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya sehingga anak lebih percaya diri menghadapi teman-temannya.

Pengantar Pendidikan(UTS International Class of Physics)

1. Ada empat dimensi hakikat manusia yaitu dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagaman. Jelaskan implikasi pendidikan dari tiap-tiap dimensi hakikat manusia.
Jelaskan apa hubungan antara sifat hakikat manusia dengan kebutuhan akan pendidikan!

Jawab:
a. Dimensi keindividualan
Setiap manusia di dunia ini memiliki kemampuan dan potensi masing-masing yang berbeda satu sama lainnya. Kerena individualitas inilah mengakibatkan setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda. Dan tiap individu tersebut selalu ingin untuk mempertahankan kekhasannya sendiri. Di Dalam system pendidikan kita pemerintah ataupun para pelaku pendidikan telah mencoba menerapkan dimensi keindividualan ini dalam praktek pendidkan. Misalnya menurut Peraturan Mentrai nomor 27 tahun 2008 yang mana pada sub bab kompetensi pedagogic diharapkan berdasar pada individualitas. Ujian nasional pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan individualitas dari para siswa yang mana siswa dituntut untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri. Dengan memanfaatkan dan mengembangkan individualitas secara baik dan benar maka kempuan individu dapat berkembang secara maksimal tanpa pengaruh pihak luar yang belum tentu lebih baik dari kemampuan pribadi yang dimiliki.
b. Dimensi Kesosialan
Setiap manusia dikarunai kemampuan untuk bergaul. Dan tak ada seorangpun manusia yang mampu hidup sendiri hanya dengan mengembangkan sifat hakikat manusianya. Yang mana setiap orang hanya mampu mengembangkan individualitasnya dalam pergaulan social. Melalui interaksi inilah seorang anak mampu mengembangkan potensi individu yang dimilikinya. Anak menjadi siap untuk memberi dan menerima suatu pendidikan tersebut. Pergaulan social mempermudah anak untuk meng-ekplore potensi yang dimilikinya karena disini anak jadi belajar untuk mengisi satu sama lain namun tetap mempertahankan individualitas yang dimilikinya.
c. Dimensi kesusilaan
Susila umumnya diidentikkan dengan segala macam kebaikan. Manusia susila dikatan sebagai manusia uyang memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatannya. Implikasi dalam pendidikan adalah bahwa pendidikan kesusilaan menanamkan kesadaran dan kesedian melakukan kewajiban disamping menerima hak pada peserta didik. Seorang pendidik harus berbuat sesuai norma dan nilai yang berlaku begitu juga peserta didik harus melaksanakn nilai susila tersebut sebgai pedoman dalam hidup hal ini diartikan sebagai suatu bentuk kewajiban dan kesadaran untuk mendapatkan hak yang seharusnya diperoleh. Dengan nilai ini seseorang menjadi lebih berhati-hati dalam setiap tindakan yang diperbuatnya. Nilai susila dijadikan acuan untuk mendidik agar menciptakan anak didik yang berkarakter dan berbudipekerti luhur yang baik. Walaupun seseorang memiliki kemapuan yang lebih dari orang-orang sekitarnya namun tidak memiliki susila sama saja artinya kempuan yang dimilikinya tidak diakui oleh orang disekitarnya.
d. Dimensi Keragaman
Tak dapat dipungkiri kita hidup dalam keberagaman yang berbeda. Salah satu contohnya adalah agama, ada berbagai macam kepercayaan namun pada intinya keberagaman tersebut bertujuan untuk melaksanakan kebajikan. Pendidikan agama terkait sikap dan kata hati dari sesorang, hal ini hendaknya ditanamkan oleh orang tua dan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dari para peserta didik.
Hubungan antara sifat haikat manusia dengan kebutuhan akan pendidikan;
Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia mengandung arti mempersiapkan manusia agar dapat hidup dalam masyarakat secara utuh baik sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk budaya yang beradab.
Hakikat hidup manusia adalah hak terbatas manusia menyusuri waktu. Hak menyusuri waktu ini mulai berlaku ketika ia dilahirkan dan berakhir ketika ia dimatikan. Masalah tunggal manusia dalam penyusuran waktu hidupnya adalah berjumpa dengan masalah.
Sebagai bagian dari sistem pemecahan masalah, otak dan hati manusia tidak dapat langsung bekerja dengan sendirinya. Untuk dapat berfungsi sebagai sitem pemecahan masalah, otak dan hati manusia perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Mempersiapkan otak manusia berarti mengisi otak dengan sistem pengetahuan dan sistem keterampilan. Mempersiapkan hati manusia berarti mengisi hati manusia dengan sistem nilai moral. Disinilah pendidikan berperan untuk mengatasi segala permasalahn yang ada, jadi anatara pendidikan dan sifat hakikat manusia berhubungan erat satu sama lainnya.



2. Mengapa dalam merancang sistem pendidikan nasional perlu mempertimbangkan: 1) landasan filosofis; 2) landasan sosiologis; 3) landasan psikologis; 4) landasan cultural; dan landasan ilmiah dan teknologi?

Jawab :

a) Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan pendidikan yang berdasarkan / bersifat filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan merancang sistem pendidikan nasional. Jadi antara pendidikan dan filsafat memiliki kaitan yang sangat erat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.
b) Landasan Sosiologis
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Landasan sosiologis merupakan landasan yang berkaitan dalam merancang system pendidikan nasional. Lembaga sekolah adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang bertujuan agar terciptanya kegiatan lembaga yang sistematis. Dengan demikian, sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial dalam system pendidikan.
c) Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang erat kaitannya dengan system pendidikan nasional, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan peserta didik, merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan, umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi, urutan, dari ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.
d) Landasan Kultural
kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan atau dikembangkan karena melalui pendidikan. Baik kebudayaan yang berwujud ideal, atau kelakuan dan tekhnologi dapat diwujudkan dengan proses pendidikan. Maka dari itu landasan kultural merupakan landasan yang berkaitan dalam merancang system pendidikan nasional.

3. Dalam sistem pendidikan di Indonesia kita mengenal jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan non-formal.
a. Kemukakan esensi dan karakteristik dari masing-masing jalur pendidikan tersebut!
b. Jelaskan perbedaan-perbedaan dalam penyelenggaraan pendidikan antara jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan non-formal, dan kemukakan pula manfaat dari penjaluran pendidikan tersebut.
c. Dalam penuntasan buta aksara dan penuntasan wajib belajar sembilan tahun, pendidikan non-formal memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Jelaskan dan beri contoh peran pendidikan non-formal dalam penuntasan buta aksara dan wajar sembilan tahun.

jawaban
a. - Karakterstik system pendidikan formal
Pendidikan formal atau pendidikan persekolahan adalah rangkaian jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA sampai pergutuan tinggi.
- Karakterstik system pendidikan formal
Pendidikan nonformal diselenggarakan untuk mengatasi warga Negara yang tidak sempat atau tidak menyelesaikan pendidikan formal. Pendidikan ini contohnya seperti, paguyuban, sarasehan, kursus-kursus, kejar paket A dan B sampai kepada gerakan PKK dan berbagai macam programnya.
- Karakterstik system pendidikan formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang secara tidak langsung dialami oleh peserta didik yang sifatnya nonformal. Pendidikan ini dapat diperoleh dari keluarga, lingkungan ataupun pergaulan social.
b. Perbedaan penyelenggaraan pendidikan antara antara jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan non-formal yaitu :
1. Pendidikan formal berjenjang dan berkesinambungan sedangkan pendidikan non-formal tidak dipersyaratkan berjenjang dan berkesinambungan.
2. Pendidikan formal memiliki aturan yang lebih ketat sedangkan pendidikan non-formal memilki aturan-aturan yang lebih longgar.
3. Pendidikan formal biasanya menggunakan seragam dalam pembelajarannya sedangkan pendidikan non-formal tidak menggunakan seragam atau pakaian khusus.
4. Pendidikan formal berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan pemerintah sedangkan pendidikan non-formal tidak berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan pemerintah melainkan berdasarkan pada pedoman yang ditetapkan pendidik.
Manfaat jalur pendidikan formal adalah sebagai sarana peserta didik dalam menekuni pendidikan yang berpedoman pada kurikulum sedangkan manfaat jalur pendidikan non-formal sebagai kontribusi masyarakat yang tidak mampu menempuh pendidikan formal sehingga meskipun tidak menempuh pendidikan formal peserta didik tetap dapat terjun ke dunia kerja.
c. Dalam penuntasan buta aksara dan penuntasan wajib belajar Sembilan tahun, pendidikan non-formal menyediakan lingkungan pendidikan masyarakat yang dapat menjadi kontribusi atau jalan keluar bagi masyarakat yang tidak mampu menempuh pendidikan formal. Contohnya adanya kejar paket B dalam penuntasan wajib belajar sembilan tahun dan kini telah ada pendidikan membaca berupa perkumpulan masyarakat yang terdiri dari kaum lasia sebagai upaya penuntasan buta aksara


4. a. Dalam era globalisasi, apakah konsepsi “Tri Pusat Pendidikan” masih relevan?
b. Apakah anda setuju dengan pernyataan “Keluarga adalah institusi pendidikan yang pertama dan utama” Jelaskan jawaban anda!
c. Aspek pendidikan yang mana yang dominan dapat dilakukan atau ditangani oleh: 1) Keluarga, 2) Sekolah, dan 3) Masyarakat
Jelaskan secara komprehensif!

Jawab :

a) tri pusat pendidikan masih relevan, era globalisasi seperti saat ini, dimana kelangsungan hidup masyarakat sangat dipengaruhi oleh iptek. tri pusat pendidikan yang terdiri dari keluarga, sekolah dan masyarakat masih sangat berpengaruh pada pendidikan dan juga kepribadian peserta didik.
b) Keluarga adallah institusi pendidikan yang pertama dan utama, dikarenakan seorang anak ketika baru lahir berada di lingkungan keluarganya dimana komunitas pertama yang bersosialisasi dengan anak yang baru lahir. Sehingga seorang anak secara langsung mendapatkan pendidikan yang pertama dari lingkungan keluarganya. Dalam keluargalah kepribadian seorang anak dibentuk. Dimana pendidikannya meliputi moral dan susila, dimana pendidikan ini lah yang dikatakan utama.
c) Keluarga :
Aspek yang dominan dalam lingkungan keluarga adalah aspek pembentukan kepribadian dari anak tersebut. karena watak dan kepribadian seorang anak dibentuk dikeluarga. Di sini seorang anak akan belajar mengenali dirinya sendiri dan akan di bentuk pia karakteristik dari seorang anak di dalam keluarga.
Sekolah :
dalam sekolah aspek-aspek yang dominan adalah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Seperti yang kita ketahui sekolah adalah tempat seorang anak dapat bertemu dengan rekan rekan sebayanya. Sekolah merupakan tempat pembelajaran bagi seorang anak, baik pembelajaran dari segi pendidikan atau pun keterampilan-keterampilan. Sehingga dari sekolah seorang anak akan mendapat pengetahuan yang penting bagi masa depannya suatu saat nanti.
Masyarakat :
Aspek yang paling menonjol dalam masyarakat adalah aspek kebudayaan, walaupun di dalam masyarakat seorang anak juga mendapatkan pendidikan namum aspek kebudayaan di dalam masyarakat paling dominan dibandingkan aspek-aspek yang lain. Hal terpenting yang dapat di pelajari oleh seorang anak di masyarakat adalah kebudayaan bersosialisasi. Karena seperti yang kita ketahui manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan sosialisasi dengan orang lain.

5. a. Kecenderungan globalisasi, perkembangan IPTEKS yang sangat cepat, dan perkembangan arus informasi yang semakin cepat dan padat sangat menentukan sosok masyarakat masa depan. Sehubungan dengan hal itu, jelaskan bagaimana pendidikan itu harus dirancang untuk mengantisipasi masyarakat masa depan?
b. Kemukakan karakteristik manusia masa depan (manusia modern), dan jelaskan bagaimana pendidikan itu didisain untuk membangun manusia masa depan?

Jawab :

a) sesuai dengan perkembangan IPTEKS yang sangat cepat. Masyarakat perlu beradaptasi untuk mengimbangi kecepatan perkembangan IPTEKS agar tidak menjadi masyarakat yang tertinggal. Disini pendidikan sangat diperlukan agar dalam perkembangan tersebut masyarakat masa depan tidak mudah terpengaruh ke arah perkembangan yang negative. Karena perkembangan IPTEKS tersebut ada yang bersifat positif dan negative, dimana perkembangan yang negatif tersebut sangat mudah merusak masyarakat masa depan sementara perkembangannya yang positive lah yang dapat mengembangkan kualitas hidup manusia menjadi lebih baik.

b) karakteristik manusia masa depan (manusia modern) :
1. Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak memperhatikan orang lain / lingkungan.
2. Orientasi diri yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.
3. Universalisme yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif.
4. Prestasi yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi.
5. Spesifitas yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
Pendidikan yang didesain untuk membangun masa depan adalah pendidikan
Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman yang mampu think globally but act locally. Pendidikan didessain untuk mengikuti alur perubahan yang akan terjadi serta dilakukann pengembangan-pengembangan diberbagai aspek pendidikan untuk mengikuti arus perkembangan masa depan yang telah hadir didepan mata. Sehingga masyarakat masa depan mampu beradaptasi dengan perkembangan IPTEKS.

SOCIAL RELATIONSHIP


In social science, a social relation or social interaction refers to a relationship between two (i.e. a dyad), three (i.e. a triad) or more individuals (e.g. a social group). Social relations, derived from individual agency, form the basis of the social structure.
Santrock (2003: 24) reveals that the social transition teens experience a change in the individual's relationship with another human being that is in the emotions, the personality, and the role of social context in the development. Denied parents, aggressive attacks against their peers, the development of assertiveness, happiness adolescents in certain events as well as gender roles in society reflects the role of social-emotional processes in the development of adolescents. John Flavell (in Santrock, 2003: 125) also mentions that the ability of adolescents to monitor their social cognition is effectively important clues about the existence of maturity and their social competence.
Social development of children has been started since a baby, then in childhood and later in adolescence. Social relationships first child is very limited with their parents in family life, especially with the mother and developing more widespread with other family members, friends and friends play similar or different types (in Izzaty Eka Rita et al, (2008: 139). Here This would explain the adolescent relationships with peers and parents and the others which influenced their development:

1) Relationship with peers
According to Santrock (2003: 219) peers are children or adolescents with age or level of the same maturity level. Jean Piaget and Harry Stack Sullivan (in Santrock, 2003: 220) suggest that children and adolescents begin to learn about the patterns of reciprocal relationships, and equivalent to the interaction with peers. They also learn to observe carefully the interest and views of peers in order to facilitate the unification process itself into peer activities in progress. Sullivan thinks that friends play an important role in shaping the welfare and development of children and adolescents. As for welfare, he stated that everyone has some basic social needs, also including the need for love saying (a secure bond), good friends, and acceptance by the social environment, intimacy, and sexual relations.
There are some appropriate strategies to find your friends by Santrock (2003: 206), namely:
a) Creating a good social interaction from start to ask the name, age, and favorite activities.
b) Be nice, kind and attentive.
c) Prosocial behavior such as honest, generous and willing to work together.
d) Respect yourself and others.
e) Provide social support such as providing help, advice, sat nearby,
are in the same group and strengthen each other by providing
praise.
There are several impacts in the event of rejection of their peers. According Hurlock (2000: 307) the negative impact of such refusal are:
a) I'll feel lonely because of their social needs are not met.
b) Children feel unhappy and insecure.
c) Children develop self-concepts that are not pleasant, which may cause
personality deviation.
d) Less learning experience required to undergo the process of socialization.
e) It would feel very sad for not having fun owned peers them.
f) Often tried to force himself to enter the group and this will increase rejection of their group more of their opportunities to minimize learn social skills.
g) Will to live in uncertainty about the social reaction to them, and this will causing them anxiety, fear, and very sensitive.
h) often make excessive conformity, with the hope of improving their social acceptance.
Meanwhile, Hurlock (2000: 298) mentions that there are some benefits gained when a child can be well received. These benefits are:
a) Feeling happy and safe.
b) Develop a good self concept because other people recognize them.
c) Having the opportunity to explore different patterns of behaviors that are socially acceptable
and social skills that help them continuity in social situations.
d) free to mentally distract them out and to be interested on people or something outside themselves.
e) Adjust yourself to the expectations of groups and social traditions do not sneer.
2) Friendship
Friendships consist of mutual liking, trust, respect, and often even love and unconditional acceptance. They usually imply the discovery or establishment of similarities or common ground between the individuals.
By the time the child enters adolescence, the changes in the nature of friendship is established. In general, the amount of time spent with friends has increased sharply, more teens spend more time with peers than with family members or themselves. In fact, compared with Japanese and Russian youth the same age, who spent two to three hours a week with their friends, children American teens spend an average of 20 hours a week with their friends outside of school time (Czikszentmihalyi & Larson, 1984). Teenagers who have a great friendship and harmony are also reported self-esteem level of a higher, less readiness, social skills which have more mature, and do better in school than teens who lack the friends (Savin-Williams & Berndt, 1990)
During the teens the capacity for mutual understanding and knowledge that other people are unique individuals with their feelings, too, contributed to a dramatic increase in self-disclosure, intimacy and loyalty between friends (Damon, 1983). At the time of early adolescent struggle to establish a personal identity independent of the identity of their parents, they also have to look forward to their peers for the security and social support. While children of primary school age see the parents to get support like that. By the first grade junior high school, my friends with the same sex or accepted as a parent who gives support, and towards the upper middle class in the perception as their main source of social support (Furman & Buhrmeter, 1992).
3) Interpersonal Relationship
An interpersonal relationship is an association between two or more people that may range from fleeting to enduring. This association may be based on love and liking, regular business interactions, or some other type of social commitment. Interpersonal relationships take place in a great variety of contexts, such as family, friends, marriage, associates, work, clubs, neighborhoods, and churches. They may be regulated by law, custom, or mutual agreement, and are the basis of social groups and society as a whole. Although humans are fundamentally social creatures, interpersonal relationships are not always healthy. Examples of unhealthy relationships include abusive. These relationships usually involve some level of interdependence. People in a relationship tend to influence each other, share their thoughts and feelings, and engage in activities together. Because of this interdependence, most things that change or impact one member of the relationship will have some level of impact on the other member.[relationships and codependence.

4) Relationship with Parents
According to Steinberg (in Santrock, 2002: 42) suggests that early adolescence is a period when conflict with parents increases beyond the level of childhood. This increase can be attributed to several factors ie biological changes of puberty, cognitive changes that include increased Idealism and logical reasoning, social change which focuses on self-reliance and identity, policy changes in the elderly, and expectations are violated by war and teenage parents.
Collins (in Santrock, 2002: 42) concluded that many parents see their teenagers changed from a child who has always been someone who did not want to think, against, and challenge the standards parents. When this happens, parents tend to try hard to control and more pressure member to the teenagers to abide by the standards of the elderly.
From the description, it's good if we can reduce the conflicts with parents and teens. Here are some strategies offered by Santrock, (2002: 24), namely: 1) set the ground rules for conflict resolution. 2) Trying to reach an understanding through the timbale. 3) Trying to do corah opinion (brainstorming). 4) Trying to agree on one or more solutions to problems. 5) Write a deal. 6) Set the time for a follow up to see the progress that has been achieved.
Based on the description, then the researchers concluded the process of adolescent development including biological transition of growth and physical development. Cognitive transition describe that the cognitive development of adolescents in the social environment and also sosioemosional process and the last is a social transition that includes relationships with parents, peers, and communities.